Title :
Call me baby once again! #part 2
Cast :
Marc marquez as himself
Bruna marquezine as vanessa
Camila cabello as celia
Dani pedrosa as himself
Andrea iannone as himself
Genre
: Romance.
Link ff marc marquez part 1 : Call me baby once again #part 1
Sorry kalo di ff ini bahasanya campur aduk cuz sebagaian ada yang lebih enak
pakai bahasa sehari-hari di bandingkan bahasa formal. Dan sorry lagi kalo ga
sesuai EYD. Happy reading!
“siapa kamu?” pak daniel mengintrogasi
gadis cantik berkaca mata.
“selamat pagi, pak! saya murid baru di
sini”
“murid baru? saya tidak tahu soal itu.
baiklah, perkenalkan dirimu di depan kelas!” pak daniel melepas kacamata-nya,
melihat tanpa bantuan kacamata berframe merah itu. Berframe merah?
Sungguh nyentrik guru yang satu ini.
Gadis berumur sebaya dengan marc berdiri penuh percaya
diri menghadap para murid-murid yang terlihat penasaran dengan identitasnya.
Sang gadis sempat menoleh kebelakang, kearah marc. Ia tersenyum kecut.
Sedangkan marc mendengus kesal.
“selamat pagi, semua! perkenalkan saya
sarah marcelia, biasa di panggil celia. saya murid baru di sini...”
“...semua orang juga tau kalau kamu itu
murid baru” potong marc.
“marc!” teriak pak daniel memperingatkan.
Semua murid yang ada di dalam kelas tersebut
tersenyum, menyembunyikan tawa.
“lanjutkan, celia!”
“cukup sekian. kiranya kalian semua dapat
menerima saya dengan baik” lanjut celia.
Sebagian murid tersenyum kepada celia,
ungkapan selamat datang. Betapa senang hati celia ketika kedatangannya di
sambut hangat oleh para teman baru, kecuali marc.
“karena kamu terlambat, kamu harus
membantu marc membersihkan toilet sekolah istirahat nanti. sekarang, kamu boleh
duduk” mata pak daniel melirik ke arah marc, mencoba memberi tahu jika yang
menjadi patner dalam 'misi' membersihkan toilet adalah anak
laki-laki di belakangnya.
“tapi saya murid baru dan harus mengurus
beberapa keperluan di ruang tata usaha. karena itu saya terlambat”
“tidak ada tapi-tapian. duduk sekarang
juga!”
“dengar kata pak guru, duduk!” ucap marc ikut-ikutan memarahi
celia.
“kamu juga duduk! mengapa berdiri di
situ?”
“bapak lupa, marc masih dalam hukuman”
sambar dani mengingatkan pak daniel.
Semua murid cekikikan. Suasana kelas
berubah menjadi gaduh, segaduh ibu-ibu arisan sedang ngerumpi, menggosip
kabar seputar selebriti atau kredit panci murah.
“maksud saya untuk celia itu lho” elak pak
daniel mengurangi rasa malu.
“sudah tua masih bisa aja ngeles” gumam
marc.
“saya dengar!” ujar pak daniel menimpali
gumam-an marc. “celia, kamu duduk sekarang juga!”
Celia mengangguk pelan. Kemudian, berjalan
menghampiri bangku yang berada di pojok kanan terbelakang. Tidak ada pilihan
lagi, itu merupakan satu-satunya bangku yang tersisa.
“hi!” sapa vanessa yang sebentar lagi
menjadi teman sebangku celia.
“hi too!” balas celia lirih.
“baik anak-anak, kita lanjutkan lagi
pelajaran hari ini”
Pelajaran kembali dilanjutkan setelah
tertunda oleh kedatangan celia. Suasana kelas lebih terkontrol di bandingkan
dengan sebelumnya. Murid-murid begitu serius memperhatikan materi yang
disampaikan pak daniel. Mencatat dan tanya-jawab menjadi sesi wajib di setiap
pelajaran.
Kali ini tidak untuk marc, ia harus tetap
menjalani masa hukuman akibat keteledorannya sendiri. Dia berdiri dengan
gagahnya di depan kelas, berpose ala superhero namun lebih mirip patung
pancoran. Tidak mensia-siakan kesempatan, dani memotret kelakuan sahabatnya
menggunakan kamera ponselnya. Ia mencuri-curi celah saat pak daniel menulis di
papan tulis, membelakangi murid-murid. ‘jepret...!’ patung pancoran versi
terbaru telah di rilis. Tak segan-segan, dani meng-upload hasil jepretannya ke
media sosial, twitter dengan caption ‘ini dia pahlawan
kesiangan lol’
-
Bel
istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas, melakukan aktivitas
masing-masing. Ada yang pergi ke kantin, perpustakaan ataupun sekadar
merelaksasi pikiran di taman sekolah.
“ingat, kau masih dalam masa hukuman” pak daniel mengingatkan kembali pada marc
akan hukuman yang belum berakhir. Lalu ia pergi.
“ada calon ob ni...” dani menggoda sohib-nya. Nadanya datar namun
bermaksud mengejek.
“ada yang mau mulutnya di sumpal ni...” balas marc setengah mengancam. “bantu
aku bersih-bersih toilet, please” pinta marc dengan muka memelas.
“aku baru dengar ketua gank minta bantuan” sahut iannone dari
belakang tubuh dani.
Mereka bertiga tergabung dalam satu gank yang
dinamai ‘MAD P.’–baca : med pi–. Kata mad sendiri jika di translate-kan
ke dalam bahasa indonesia berarti gila. Sebenarnya, nama mad diambil dari nama
depan para anggotanya, m dari marc, a dari andrea –iannone–, d dari dani.
“ketua gank juga manusia
keles” marc mulai alay.
“kan ada celia si murid baru yang bakal
bantu” dani membuat marc bungkam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
“mau sampai kapan berdiri di situ terus?
sudah dua jam” tiba-tiba vanessa datang bersama celia, teman barunya. “buruan
bersihkan toilet! ini sudah ada celia” siku vanessa menyenggol lengan celia,
memberi isyarat.
“ah, diam kau cerewet! dasar orang tidak
tahu diri! pergi jauh-jauh sana, parasit!” umpat marc. “ayo, bersihkan toilet!”
marc menarik tangan kanan celia secara paksa. Mengajak untuk segera
membersihkan toilet.
Hati vanessa terluka karena perkataan marc tadi. Mungkin saja ini balasan atas
perbuatannya pada marc. Salah sendiri main seenaknya mutusin hubungan
tanpa alasan dan sebab, mensia-siakan cinta yang tulus. Namun, ia mencoba
menahan diri.
-
“lepasin tanganku!” bentak celia. Ekspresi wajahnya begitu garang bak kucing
yang ekornya terinjak.
“okay, aku lepasin tapi ada syaratnya”
“apa?”
“bersihin toilet sendirian”
“enak saja kamu! kamu kan juga di hukum”
“siapa suruh menabrakku tadi pagi?” ujar marc sembari melipatkan kedua tangan
di dada.
Celia menatap mata marc geram. Tangannya mengepal. Tekanan darahnya naik. Jika
ia sebuah kereta uap, mungkin ia sudah mengeluarkan asap dari lubang telinga.
Berbeda dengan marc, dia terlihat begitu santai. Sorot matanya menunjukan tidak
ada rasa bersalah ataupun belas kasihan.
“memang ada hubungannya? lagipula itu
sebuah ke tidak sengaja-an”
“pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus membersihkan kamar mandi sendirian! aku
mau kembali ke kelas” lagi-lagi marc berhasil membuat tingkat kemarahan celia
memuncak. Dengan penuh keangkuhan, marc melangkah menjauh dari tempatnya
berdiri.
“dasar cowok sialan! aku akan balas dendam” ancam celia. Kakinya di hentakan
keras pada lantai. Kedua tangannya bertengger indah di pingul. Seperti seseorang
yang menantang musuh. Nampak jika ia tidak main-main dengan ucapannya.
♥ ♥ ♥
Bunyi bel tanda berakhirnya pelajaran menggema ke seluruh ruangan sekolah. Bu
laura, guru biologi keluar dari ruang kelas XI D tempatnya mengajar.
Murid-murid menyusul di belakangnya dengan menenteng tas, pulang ke rumah.
Begitu juga dengan gank mad p, mereka bertiga jalan beriringan
meninggalkan ruang kelas menuju lapangan parkir.
Keadaan kelas sangat sunyi. Tinggal celia dan vanessa yang bergeming, asyik bergelut
dengan pikiran sendiri. Rencananya, mereka akan mengobrol di taman sekolah
siang ini, meneruskan obrolan yang tertunda karena bel masuk. Namun, hingga
saat ini mereka berdua masih saja saling membisu. Entah mau sampai kapan ini
akan berlanjut. Matahari semakin memanas, untung mereka berada dalam kelas maka
kulit tidak terbakar. Mereka duduk tenang tanpa bergerak sedikitpun. Hingga
suara perut lapar memecah keheningan.
“kamu lapar?”
“engga kok” bantah celia.
“terus tadi itu suara perut siapa?”
“mana aku tahu”
“jujur saja kau lapar, kan?”
Celia cengengesan.
“aku juga lapar. gimana kalau kita ngobrolnya sambil makan di kantin?” lanjut
vanessa dengan kelopak mata yang berkedip genit.
“baiklah, karena kamu yang mengajak jadi kamu juga yang traktir”
“okay”
Mereka berdua beranjak dari bangku yang telah di duduki selama limabelas menit
setelah jam pulang tiba. Berjalan santai menuju kantin yang berada di belakang
aula sekolah. Suasana kantin tidak seramai biasanya jadi mereka dapat memilih
tempat sesuka hati.
“bakso dua mangkuk sama es teh dua” teriak vanessa memesan makanan pada ibu
kantin.
“vanessa, aku boleh tanya sesuatu”
“sure. eh, kalau panggil namaku cukup nessa saja engga perlu panjang-panjang”
“okay”
“mau tanya apa?” kepala vanessa mendekat ke muka celia. Tanda jika ia bersedia
mendengarkan pertanyaan celia.
“tidak perlu terlalu dekat”
“sorry, sorry” vanessa menarik mundur kepalanya, menjaga jarak.
“cowok yang tadi di hukum berdiri di depan kelas dan bersihin toilet itu
namanya siapa, ya?”
“kenapa? kamu naksir, ya?” ucap vanessa asal.
“naksir? ya ampun parah banget aku naksir orang sombong kayak dia yang ada aku
malah benci”
Vanessa tersenyum simpul. “namanya marc, marc marquez alenta. dia ketua gank mad
p. dia orangnya memang sombong tapi semata-mata demi menjaga pencitraan,
dalamnya sih baik kalau kamu engga cari masalah sama dia”
Pesanan vanessa sudah siap. Ibu kantin pun mengantarkan nampan dengan dua
mangkuk bakso serta dua gelas es teh di atasnya ke meja tempat vanessa dan
celia duduk. Meletakan satu persatu ke hadapan keduanya.
“makasih,bu” tungkas vanessa.
“sama sama” ibu kantin pergi menjauh dari meja vanessa dan celia.
“ngobrolnya sambil makan,ya? aku lapar” pinta celia.
“santai aja kali”
“oh, ya! aku mau curhat. boleh ya, nes?”
Vanessa mengangguk sembari menyeruput es teh.
“jadi tu gini, tadi pagi aku engga sengaja nabrak marc....”
“ho’oh” timpal vanessa sibuk melahap bakso.
“dia marah sama aku. gara-gara itu aku di suruh bersihin toilet sendirian dan
dia hanya enak-enakan. aku engga terima dong nes, emangnya aku pembantu yang
bisa di perintah ini itu” celia juga memakan bakso di hadapannya dengan lahap.
“t’rus kamu mau balas dendam gitu?”
“maunya juga gitu”
“aku engga ikut-ikutan, cel” vanessa mengangkat ke dua tangannya ke atas,
menyerah.
“perang belum di mulai ko sudah nyerah, sih? bantuin sahabatnya engga ada
salahnya,kan?”
“emang kamu sahabatku?” vanessa menggoda.
“ye, jahat banget sih kamu. walaupun baru pertama kali bertemu, aku nganggep
kamu sahabat. engga masalah,kan?”
“engga sih, aku juga nganggep kamu itu sahabat”
“terus, kenapa kamu engga mau bantuin aku?”
Vanessa terdiam, berpikir sejenak. Dilema menghantui vanessa, ia bingung harus
memilih antara sahabat atau perasaannya. Setelah menimbang-nimbang dua pilihan
yang terbilang lumayan berat bagi vanessa, akhirnya ia bersedia membantu
sahabat yang juga merangkap sebagai kenalan barunya. Pasrah akan apa yang di
rencanakan celia untuk membalas dendamnya pada marc, sang musuh celia.
Sarah marcelia a.k.a celia pun membisikkan rencana gilanya
pada telingga kiri vanessa. Vanessa mengernyitkan dahi tanda jikalau ia
memperhatikan betul apa yang di bisikan celia. Awalnya, ia kurang yakin bila
rencana celia akan berhasil.
“kalau engga berhasil gimana?”
“tenang saja, pasti berhasil” celia tampak begitu optimis jika rencana yang
sudah di susunnya matang-matang akan berhasil.
“kita bakal kena masalah besar, cel”
“tidak sebesar rasa benciku pada marc” celia menggunjang meja dengan pukulan
tangganya.
Vanessa memandang celia dengan tatapan kosong. Ia nampak begitu cemas.
Menggigit bibir bawahnya tiada henti-henti. Memainkan sedotan berwarna kuning
terang yang di gunakannya untuk menikmati es teh, memutarnya tak berarah. Ada
sesuatu yang mengganjal di pikirannya namun ia tidak mau mengemukakan. Celia
dapat membacanya jelas dari raut wajah vanessa. Ia begitu peka tentang perasaan
seseorang, itulah salah satu keahlian gadis berambut hitam pekat. Namun ia tak
pedulikan itu, ia tetap bersikukuh untuk balas dendam pada marc.
♥ ♥ ♥
“aku pulang!” teriak marc lantang.
Tidak ada jawaban. Suaranya kurang keras, pikirnya. Ia mencoba berteriak lagi,
kali ini dua kali lebih kencang dibandingkan yang tadi.
“Hello! anybody home?”
Masih tidak ada jawaban. Ia heran, mengapa rumah
sangat sepi bahkan tidak ada satupun orang kecuali kucing peliharaan mami roser
yang tertidur pulas di sofa.
Mama
kemana?pintu rumah tidak di kunci. alex juga belum pulang?kalau papa dari
kemarin pergi. tanya marc dalam hati.
“kenapa teriak-teriak? ini rumah bukan hutan.” suara wanita paruh baya dari
belakang mengagetkan marc. Mendengar ada seseorang menyahut, marc menoleh.
“mama dari mana saja? alex juga belum pulang?”
“kau juga dari mana saja? jam segini baru pulang?” mami roser malah balik
bertanya.
“a-a-a-aku...” jawab marc terbata-bata. Ia tak tahu harus berkata apa untuk
menutupi perbuatannya. Intinya, ia ingin berbohong tapi tidak tahu bagaimana
mengatakan dan apa alasan yang digunakan.
“mama dari supermarket, membeli sayuran. alex tadi sudah pulang lalu pergi lagi
bersama teman-temannya.” mami roser memotong pembicaraan marc yang terlalu
lama.
“oh, begitu rupanya” marc mencoba tenang agar mami roser tidak curiga.
Jika mami roser cermat, ia akan menemui kejanggalan
dalam diri marc. Namun sayang, mami roser harus segera memasak menu makan malam
sebelum waktunya tiba jadi tidak memperhatikan keadaan tubuh marc secara
seksama.
“aku masuk kamar dulu” marc berjalan cepat menuju kamar.
Ketika telah berada di dalam kamar, ia melihat buku berwarna biru langit
tergeletak di atas meja belajar. Buku itu merupakan buku tulis fisika marc yang
tertinggal, buku pembawa sial.
“buku ini sumber penyebabnya” gumam marc tersenyum sinis sembari memegang buku
tulis fisika itu, lalu meletakannya kembali.
To be continued
Comment plz! jangan jadi pembaca gelap! kasian author-nya :)
Genk MAD P apapula? yang penting jangan kredit panci murah..:D
BalasHapuspeople ya kirain pacarku...plakkkkk
BalasHapuswah..play girl dong.Masak pacar sampek 3. ahahayy
BalasHapushahihuheho oke:) *ya iyalah...filosofi memang berkata demikian.
BalasHapuslol :)
Hapuskeren lanjutin donk cepet ya ???? hahahaha
BalasHapus