Kamis, 17 Juli 2014

FF Indonesia Marc Marquez : Call me baby once again! #part 1




Title             : Call me baby once again!  #part 1
Cast             : Marc marquez as himself
                      Bruna marquezine as vanessa
                      Camila cabello as celia
                      Dani pedrosa as himself
                      Andrea iannone as himself
Genre          : Romance.



          Hi y’all! aku comeback dengan membawa sebuah ff baru. Ini ceritanya tentang anak sekolahan, SMA gitulah. Dan karena aku ngga tahu sistem sekolah di luar negeri jadi aku pakainya yang Indonesia aja. FF ini tidak bertujuan untuk merusak/merubah karakter asli tokoh hanya di sesuaikan dengan cerita yang udah aku susun. Ingat! ff adalah bentuk kecintaan seorang fan pada idola yang di tuangkan pada sebuah KARANGAN.  Happy reading!


          Di bawah pohon rimbun, vanessa duduk. Sepertinya, ia sedang menunggu kedatangan seseorang. Tetapi, hingga kini orang itu belum juga datang. Tigapuluh menit lalu ketika akan memasuki taman kota, ia membeli sebuah es cream cone. Berharap es cream cone itu dapat menemaninya di saat yang paling membosankan, menunggu, mengurangi rasa jenuh dengan merasakan sensasi dingin menyentuh lidah. Namun, setibanya di tempat yang telah dijanjikan, ia tidak sedikitpun mencicipi es cream itu.  Mungkin saja, ia lupa. Membiarkan es cream lezat meleleh di genggamannya oleh terik matahari yang mencapai puncak.
          “berapa lama lagi kamu akan datang?” vanessa menemukan titik jenuhnya. Mungkin jika orang yang di tunggunya bukan orang spesial, ia sudah pergi dari tempat ini.
          Telingga vanessa menangkap suara daun kering yang terinjak. Suara itu semakin lama semakin mendekat kearahnya. Pikiran negatif membanjiri otaknya. Khawatir jika ada seseorang di belakang ingin berbuat jahat terhadap gadis belia ini. Kepala menoleh ke kanan, ekor matanya mengamati keadaan di belakang punggung. Tidak ada apa-apa. Kemudian, kepalanya kembali menoleh ke arah yang berlawanan dengan tujuan yang sama. Didapati ada seseorang duduk di sampingnya dengan padangan lurus kedepan. Vanessa benar-benar tidak menyadari kehadiran pemuda berkaos hijau itu.
          “marc?” ucap vanessa tak percaya.
          “sudah lama ya menungguku?” pandangan marc beralih menatap vanessa.
          “aku duduk di sini lebih dari tiga puluh menit”
          “sebenarnya, aku sengaja membiarkanmu menunggu lama”
          “dasar jahat!” vanessa menoyor keras lengan kanan marc hingga membuatnya goyah.
          “aku tidak jahat. aku hanya ingin tahu apakah kau benar-benar setia menungguku”
          “lalu?”
          “ternyata kau memang setia menungguku hingga membiarkan es cream kesukaanmu meleleh”
          Vanessa menunduk, melihat es cream yang ada di genggamannya. Lalu, meratapi es cream yang terlanjur meleleh. Ia sangat menyayangkan es cream yang telah mengotori tangannya. Sudah tidak nikmat lagi jika itu di makan, maka vanessa membuangnya begitu saja. Selepas itu, ia mengeluarkan sapu tangan berbordirkan  ‘M&V’ di sudut kanan atas dari dalam tas ransel. Membersihkan tangannya dari lelehan es cream.
          “untuk apa kau menyuruhku ke sini?” marc membuka kembali perbincangan yang terhenti karena es cream yang meleleh.
          “ada hal penting yang akan ku katakan” balas vanessa sembari memasukan kembali sapu tangan ke dalam tas ransel.
Wajah vanessa berubah menjadi lebih serius. Kepalanya menengadah, ini trik untuk menahan air mata agar tidak menetes. “ekhem.. ekhem...” vanessa berdeham, mengulur waktu. Otaknya sibuk menata kalimat yang tepat.
“setelah kupikir-pikir......,” vanessa tidak melanjutkan ucapannya.
“ada baiknya kita akhiri saja hubungan ini” sambungnya.
          “apa maksudmu?”
          “we broke up!” tegas vanessa.

    

Jarum jam menunjukan pukul sepuluh malam namun, marc masih saja berkutat dengan tugas fisika dari pak daniel, mengotak-atik rumus yang diajarkan beberapa waktu lalu. Ia kurang paham dengan rumus fisika yang dapat menjawab sepuluh pertanyaan. Karena ketika pak daniel menjelaskan rumus tersebut marc merasa kurang enak badan sehingga tidak fokus. Hampir setiap menit, ia menggaruk-garuk kepala yang sama sekali tidak terasa gatal. Tok.... tok.... tok, seseorang mengetuk pintu kamar marc. Ketukan itu semakin lama semakin keras hingga membuyarkan konsentrasi marc.
“masuk!” marc mempersilahkan masuk seseorang yang sedari tadi menggedor-gedor pintu kamar.
“kau belum tidur, marc?” seseorang itu ialah mami roser, ibunda marc. Berjalan menghampiri meja belajar. Penasaran, apa yang sedang dilakukan marc hingga membuatnya terjaga.
“belum. tugasku masih menumpuk. besok harus dikumpulkan kalau tidak....” marc masih sempat-sempatnya bercanda. Menggorok lehernya dengan tangan kosong layaknya seseorang yang akan bunuh diri.
“sudahlah, tidur sana! kalau tidak kau akan kesiangan. coba lihat jam!”
“aku sudah tau sekarang jam berapa. jam sepuluh malam, kan?” jawab marc acuh dan kembali mengerjakan tugas. Ia tak mau kehilangan waktu.
“marc, tidurlah! sini mama kerjakan saja!”
“memangnya mama bisa?” marc meragukan mamanya sendiri. Dirasanya mami roser sudah tua, mungkin sudah lupa dengan pelajaran-pelajaran high school. Apalagi, pelajaran fisika yang membutuhkan sebuah otak jenius.
“ya jelas bisa! dulu mamamu ini bintang kelas yang paling jago di pelajaran fisika. sampai sekarang masih ingat betul rumus-rumusnya. sudahlah, tidur sana!”
“iya.. iya”
Marc merebahkan tubuhnya di atas ranjang sembari memandangi terus menerus mami roser yang begitu mudahnya mengerjakan tugas fisika itu. Gerak-geriknya pun tidak menunjukan tanda-tanda kebingungan. Sepertinya, mami roser memiliki hasrat dalam mengerjakan soal fisika tersebut.
Keren sekali mama! kelihatannya tidak menemui kesulitan, semoga saja tidak ngasal. Tidur ah. Batin marc sebelum memejamkan ke dua matanya.


          Matahari muncul dari ufuk timur. Menggantikan cahaya rembulan yang sudah semalaman menerangi bumi. Keberadaan sang mentari semakin meninggi seiring berjalannya waktu. Suhu kamar marc pun hangat karena terkena cahaya kuning itu. Semua benda memiliki bayangan di belakangnya. Marc belum bangun juga. Pasalnya, jam beker  yang biasa membangunkannya hanya diam. Mungkin, marc lupa menyetel jam beker bergambar club bola barcelona. Waktu terus berjalan. Hari juga semakin siang.
          “marc, bangun! sudah siang. saatnya sekolah.” teriak seseorang dari balik pintu kamar.
“marc!!!” lagi-lagi suara lebih keras membangunkan marc. Suara itu berbeda dari suara sebelumnya. Suara khas seorang pria. Suara itu hanya terdengar sekali lalu pergi.
“iya, aku sudah bangun.” marc menyibakkan selimut yang mehangatkan tubuh selama ia tidur. Lalu, beranjak dari ranjang berantakan itu. Berjalan menuju kamar mandi. Bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

 Skip -

Marc membuka pintu, melihat keadaan luar kamar. Aroma roti bakar menusuk hidung. “yummy..” ucap marc sambil mengendus-endus darimana asal aroma itu. Berjalan mengikuti sinyal makanan yang diterima oleh hidung bangir khas pria eropa.
“kau ini kenapa? tingkah lakumu seperti anjing pelacak fbi” alex keheranan akan kelakuan sang kakak. Pagi-pagi sudah melakukan hal aneh. Namun, sebenarnya itu manusiawi.
“aku mencium aroma roti bakar”
“ya jelas, mama sedang memasak roti bakar di dapur. sudahlah, aku mau sarapan.” alex berlari kecil mendahului marc.
Melihat adik yang telah mendahului, ia tak mau kalah. Mengejar alex agar mendapat kursi pertama. Marc selalu ingin menjadi yang pertama di setiap kesempatan. Tidak ada kata kedua dalam kamus hidupnya. Supaya lebih cepat dari alex, ia meluncur dari pegangan tangga atas lalu ke bawah. Menganggap pegangan kayu itu sebagai perosotan. Padahal, lebar peganggan tangga tidak lebih dari tujuh centimeter. Untung saja tak tergelincir.
“aku pertama!” teriak marc kegirangan. Ia berhasil mendapatkan kursi pertama. Lebih cepat dua menit dari alex yang terlihat sangat santai.
Tak peduli pertama ataupun kedua yang terpenting dapat makan sampai kenyang, begitulah pemikiran singkat alex.
“kali ini kita sarapan apa,ma?”
“roti bakar” alex menyahut.
“diam kau, alex! aku bertanya pada mama kenapa kau yang menjawab? memangnya kau ini mama?”
Semenjak hubungannya dengan vanessa berhenti di tengah jalan, marc menjadi seseorang yang sedikit sentimentil. Sementara alex hanya menirukan ucapan marc tetapi tidak mengeluarkan suara, hanya mimik wajah saja.
“sudahlah, tidak perlu bertengkar! pagi ini kita sarapan roti bakar spesial dan susu sapi segar” mami roser meletakan satu persatu piring yang berisi roti bakar. Papi julia membantu mami meletakan susu sapi di atas meja makan.
“susu sapi segar? lebih segar mana sama ketekku?” alex mengangkat salah satu tangannya, menunjukan ketiak. Ia baru mencukur bulu ketiak, mungkin itu yang membuatnya percaya diri untuk memamerkannya.
“lebih segar ketek kerbau” ujar marc sibuk melahap roti bakar selai bluberry.
Alex hanya terdiam sembari meminum susu tiga tegukan. “ahhh... segar! alex berangkat sekolah dulu”
          “marc juga berangkat dulu”


Marc memarkirkan motor hadiah ulang tahun di lapangan parkir sekolah. Kemudian, berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelas, takut terlambat masuk kelas karena jam pertama diisi oleh pak daniel yang terkenal selalu memegang teguh kedisiplinan. Namun, ketika memasuki koridor sekolah, tanpa sengaja seorang gadis dengan tumpukan buku di tangan menabrak marc. Seketika itu juga, buku-buku di tangan gadis itupun terjatuh berserakan di lantai.
“kau punya mata atau tidak?” tanya marc dengan nada ketus ciri khasnya. Mata marc melotot, bola matanya seperti ingin lepas.
Tanpa berkata apa-apa, gadis itu langsung membungkukkan badan dan mengambil buku-buku miliknya yang terjatuh.
“hey, kau dengar apa yang kutanyakan tidak?” bentak marc untuk kedua kali.
Marc memperhatikan setiap gerak tubuh gadis tersebut dengan tatapan sinis. Ia heran, mengapa gadis itu hanya diam saja. Belum pernah ia diabaikan seperti ini terlebih oleh seorang gadis. Semua gadis yang ada di sekolah itu selalu berlomba mencari perhatiannya. Tapi apa yang terjadi sekarang? justru ia yang diabaikan.
Setelah semua buku berhasil diambil, si gadis berlari secepat yang ia bisa, meninggalkan marc yang masih berdiri tegak dengan perasaan heran bercampur kesal.
“kau cantik tapi bisu!” dibawah alam sadarnya, marc telah mengakui bahwa gadis yang baru saja ia temui itu cantik.
“apa yang kubilang tadi? dia cantik? oh tidak kutarik kembali perkataanku. kuharap aku tidak bertemu lagi denganmu!” ocehan marc menyertai kepergian sang gadis. “ya ampun, sudah jam tujuh kurang sepuluh menit. aku harus segera masuk kelas”
Marc berlari terbirit-birit setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Menaiki anak tangga dengan kecepatan tinggi.
Akhirnya, sampailah marc di depan pintu kelas. Terdengar suara beberapa anak sedang asyik mengobrol. Itu pertanda bahwa pak daniel belum memasuki kelas. Begitu lega perasaan marc mengetahui hal ini.
“untung saja” marc mengatur nafas yang tersengal-sengal sehabis berlari kencang. Meyandarkan tubuh pada pintu kelas, beristirahat sejenak.
“hi,marc!” sapa segerombolan gadis yang akan memasuki kelas bersama. Salah seorang gadis menyedipkan mata untuk menarik perhatian si ganteng, marc marquez.
Marc hanya diam, tak bereaksi.
“genit amat tu cewek. masuk,bro! sebelum pak daniel datang” dani menyudahi istirahat marc yang baru berumur jagung.
“ini mau masuk kelas” sahut marc. Lalu, berjalan menuju bangku terdepan. Duduk santai sembari menyeka peluh yang mengucur deras.
“pakai sapu tanganku” sebuah lipatan sapu tangan yang terdapat  bordiran ‘M&V’ berada di depan mata cokelat marc.
Akan tetapi, ia tidak merespon niat baik yang ditujukan padanya. Ia tahu siapa di balik ini.
“sini, aku lap keringatmu!” seseorang menyeka keringat marc dengan sapu tangan yang ditawarkannya tadi. Dengan lembut, permukaan kain berwarna putih mengenai kulit marc. Kain itu menyerap semua keringat yang membasahi dahi.
          “jangan sok baik setelah apa yang telah kau lakukan padaku” marc memalingkan wajah.
          “maafkan aku” vanessa tertunduk lesu.
“tugas fisika dua hari yang lalu sudah selesai kau kerjakan?” dani membuat marc dan vanessa terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba ia duduk menyamping di atas meja, menghasilkan goncangan.
Dani dan marc telah bersahabat sejak kecil. Mereka memiliki banyak kesamaan seperti, sama-sama memiliki hobi balap motor, hobi bermain sepak bola,  dan hobi mancing. Keluarga mereka saling mengenal satu sama lain. Sudah menjadi pemandangan biasa jika ada marc pasti ada dani atau sebaliknya. Mereka selalu duduk sebangku tiap hari. 
“kau ini mengagetkan saja. sudah” balas marc. Dia ingat bahwa semalam tugas fisika miliknya dikerjakan mami roser,  jadi ia berani menjawab ‘sudah’.
“mana? aku pinjam. aku akan mencocokan jawabanmu denganku”
“sebentar... sabar”
Marc mencari buku tulis fisika. Seingatnya, ia telah memasukan buku berwarna biru langit ke dalam tas. Berkali-kali membolak-balik semua buku yang terdapat di dalam tasnya, marc belum juga menemukan buku yang di cari. “bukunya hilang!” teriak marc keras hingga semua siswa mengalihkan perhatian pada ketiga abg itu.
“coba keluarkan semua isi tasmu!” vanessa memberi saran.
Marc menyetujui saran yang di berikan vanessa. Membalikan tas yang sengaja di buka. Menumpahkan semua isi tas ke atas meja. Mengoreksi satu persatu bilamana terselip di antara buku-buku lainnya. Namun apa yang di dapati oleh mereka,
“itukan jadwal pelajaran kemarin,marc” dani terperangah melihat buku yang semuanya tidak sesuai jadwal pelajaran hari rabu.
“aduh, aku lupa menata jadwal. berarti aku tak membawa tugas fisika dari pak daniel. bagaimana ini? aku pasti dapat hukuman” ujar marc menepuk jidat.
“selamat pagi, anak-anak!” sapa pak daniel, berjalan santai memasuki ruang kelas.
Mendengar suara tersebut para murid terpaksa meninggalkan semua kesibukannya. Berlarian menuju bangku masing-masing.
“keluarkan tugas kalian dua hari lalu!” pak daniel membenarkan posisi duduk di kursi guru.
Semua murid sibuk mengambil tugas fisika mereka, terkecuali marc. Ia duduk melamun. Pikirannya menerawang jauh, memikirkan hukuman apa yang akan ia terima sebentar lagi. Entah, angin apa yang lewat? Sebelumnya, ia tak pernah ketakutan jika akan di beri hukuman. Lagi-lagi keretakan hubungannya dengan vanessa turut ambil andil dalam perubahan sikap dan perilaku marc.
          “ada yang tidak membawa?” tanya pak daniel.
Jari telunjuk marc mengacung spontan. Mata pak daniel melotot tajam. Wajahnya memerah. Jika sudah seperti ini, pak daniel akan marah besar.
 “kenapa kau tidak membawa?”
          “saya lupa, pak”
          “alasan kuno! dua hari apakah tidak cukup untuk mengerjakan sepuluh soal?”
          “sebenarnya saya sudah selesai mengerjakan namun bukunya tertinggal di rumah. saya baru menyadarinya tadi.”
          “sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran bapak selesai. lalu pada jam istirahat nanti kamu membersihkan kamar mandi” 
          Pertanyaan marc terjawab sudah. Hukuman setimpal telah di dapatkannya. Terpaksa, ia harus berdiri di depan kelas selama dua jam.
          Apes!
          Tok... tok... tok, ada seseorang di balik pintu kelas XI D. Tak lama kemudian, seseorang itu memutar tuas pintu. Berjalan mantap menghampiri meja guru.
          “Sepertinya aku tak asing dengan wajah itu” gumam marc setelah melihat siapa di balik ketukan ‘misterius’. Matanya berkeliling mencoba mengingat-ingat kembali wajah yang  familier.


To be continued


Comment-nya yaaa!!! ninggalin jejak dong jangan  jadi pembaca gelap. thanks :)

7 komentar:

  1. kEJADIAN yang MEMALUKAN :D
    itu yang cewek Foto nya Bruna ya?

    eh,minta sarannya gimana caranya buat cerita sekeren ini..aku ingin banget buat tapi belum kesampaian sampe sekarang soalnya nggak bisa memakai bahasa yang bagus #jujur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kejadian apa yg memalukan?
      Iya, itu bruna
      saran? mmm... sering-sering aja baca novel

      Hapus
  2. tu dihukum sama pak daniel:D nggak suka novel...malas + benci bangett sama Novel:( tapi akan kucoba deh.

    BalasHapus
  3. sorry baru bisa bales
    oh itu hahahahaha salah sendiri ga bawa buku tugas
    semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya salah sendiri emang...harusnya mami roser nganterin ke scholl dong.

      Hapus
    2. ceritanya emang gitu,, klo mami roser nganterin ya gak di hukum,, kurang seru :)

      Hapus
    3. iya sumpah lucu lo pokoknya yang paling berkesan itu kredit panci murah.Sepertinya memiliki bakat jadi pelawak nih.

      Hapus