Title : Call me baby once again!
#part 1
Cast : Marc marquez as
himself
Bruna marquezine as vanessa
Camila cabello as celia
Dani pedrosa as himself
Andrea iannone as himself
Genre : Romance.
Hi y’all! aku comeback dengan
membawa sebuah ff baru. Ini ceritanya tentang anak sekolahan, SMA gitulah. Dan
karena aku ngga tahu sistem sekolah di luar negeri jadi aku pakainya yang
Indonesia aja. FF ini tidak bertujuan untuk merusak/merubah karakter asli tokoh
hanya di sesuaikan dengan cerita yang udah aku susun. Ingat! ff adalah bentuk
kecintaan seorang fan pada idola yang di tuangkan pada sebuah KARANGAN. Happy reading!
Di bawah pohon
rimbun, vanessa duduk. Sepertinya, ia sedang menunggu kedatangan seseorang.
Tetapi, hingga kini orang itu belum juga datang. Tigapuluh menit lalu ketika
akan memasuki taman kota, ia membeli sebuah es cream cone. Berharap es cream cone itu dapat menemaninya di saat yang
paling membosankan, menunggu, mengurangi rasa jenuh dengan merasakan sensasi
dingin menyentuh lidah. Namun, setibanya di tempat yang telah dijanjikan, ia
tidak sedikitpun mencicipi es cream itu. Mungkin saja, ia lupa. Membiarkan es cream lezat meleleh di genggamannya oleh
terik matahari yang mencapai puncak.
“berapa lama lagi
kamu akan datang?” vanessa menemukan titik jenuhnya. Mungkin jika orang yang di
tunggunya bukan orang spesial, ia sudah pergi dari tempat ini.
Telingga vanessa
menangkap suara daun kering yang terinjak. Suara itu semakin lama semakin
mendekat kearahnya. Pikiran negatif membanjiri otaknya. Khawatir jika ada
seseorang di belakang ingin berbuat jahat terhadap gadis belia ini. Kepala
menoleh ke kanan, ekor matanya mengamati keadaan di belakang punggung. Tidak
ada apa-apa. Kemudian, kepalanya kembali menoleh ke arah yang berlawanan dengan
tujuan yang sama. Didapati ada seseorang duduk di sampingnya dengan padangan
lurus kedepan. Vanessa benar-benar tidak menyadari kehadiran pemuda berkaos
hijau itu.
“marc?” ucap vanessa
tak percaya.
“sudah lama ya
menungguku?” pandangan marc beralih menatap vanessa.
“aku duduk di sini
lebih dari tiga puluh menit”
“sebenarnya, aku
sengaja membiarkanmu menunggu lama”
“dasar jahat!”
vanessa menoyor keras lengan kanan marc hingga membuatnya goyah.
“aku tidak jahat.
aku hanya ingin tahu apakah kau benar-benar setia menungguku”
“lalu?”
“ternyata kau memang
setia menungguku hingga membiarkan es cream kesukaanmu meleleh”
Vanessa menunduk,
melihat es cream yang ada di genggamannya. Lalu, meratapi es cream yang terlanjur meleleh. Ia sangat menyayangkan es cream yang telah mengotori
tangannya. Sudah tidak nikmat lagi jika itu di makan, maka vanessa membuangnya
begitu saja. Selepas itu, ia mengeluarkan sapu tangan berbordirkan ‘M&V’
di sudut kanan atas dari dalam tas ransel. Membersihkan tangannya dari lelehan
es cream.
“untuk apa kau
menyuruhku ke sini?” marc membuka kembali perbincangan yang terhenti karena es cream yang meleleh.
“ada hal penting
yang akan ku katakan” balas vanessa sembari memasukan kembali sapu tangan ke
dalam tas ransel.
Wajah vanessa berubah menjadi lebih serius. Kepalanya menengadah, ini trik untuk menahan air mata agar tidak
menetes. “ekhem.. ekhem...” vanessa berdeham, mengulur waktu. Otaknya sibuk
menata kalimat yang tepat.
“setelah kupikir-pikir......,” vanessa tidak melanjutkan ucapannya.
“ada baiknya kita akhiri saja hubungan ini” sambungnya.
“apa maksudmu?”
“we broke up!” tegas
vanessa.
♥ ♥ ♥
Jarum jam menunjukan pukul sepuluh malam namun, marc masih saja berkutat
dengan tugas fisika dari pak daniel, mengotak-atik rumus yang diajarkan
beberapa waktu lalu. Ia kurang paham dengan rumus fisika yang dapat menjawab
sepuluh pertanyaan. Karena ketika pak daniel menjelaskan rumus tersebut marc
merasa kurang enak badan sehingga tidak fokus. Hampir setiap menit, ia
menggaruk-garuk kepala yang sama sekali tidak terasa gatal. Tok.... tok....
tok, seseorang mengetuk pintu kamar marc. Ketukan itu semakin lama semakin
keras hingga membuyarkan konsentrasi marc.
“masuk!” marc mempersilahkan masuk seseorang yang sedari tadi
menggedor-gedor pintu kamar.
“kau belum tidur, marc?” seseorang itu ialah mami roser, ibunda marc.
Berjalan menghampiri meja belajar. Penasaran, apa yang sedang dilakukan marc
hingga membuatnya terjaga.
“belum. tugasku masih menumpuk. besok harus dikumpulkan kalau tidak....”
marc masih sempat-sempatnya bercanda. Menggorok lehernya dengan tangan kosong
layaknya seseorang yang akan bunuh diri.
“sudahlah, tidur sana! kalau tidak kau akan kesiangan. coba lihat jam!”
“aku sudah tau sekarang jam berapa. jam sepuluh malam, kan?” jawab marc
acuh dan kembali mengerjakan tugas. Ia tak mau kehilangan waktu.
“marc, tidurlah! sini mama kerjakan saja!”
“memangnya mama bisa?” marc meragukan mamanya sendiri. Dirasanya mami roser
sudah tua, mungkin sudah lupa dengan pelajaran-pelajaran high school. Apalagi, pelajaran fisika yang membutuhkan sebuah otak jenius.
“ya jelas bisa! dulu mamamu ini bintang kelas yang paling jago di pelajaran
fisika. sampai sekarang masih ingat betul rumus-rumusnya. sudahlah, tidur
sana!”
“iya.. iya”
Marc merebahkan tubuhnya di atas ranjang sembari memandangi terus menerus
mami roser yang begitu mudahnya mengerjakan tugas fisika itu. Gerak-geriknya
pun tidak menunjukan tanda-tanda kebingungan. Sepertinya, mami roser memiliki
hasrat dalam mengerjakan soal fisika tersebut.
Keren sekali mama! kelihatannya tidak menemui
kesulitan, semoga saja tidak ngasal. Tidur ah. Batin marc sebelum memejamkan ke dua
matanya.
♥ ♥ ♥
Matahari muncul dari
ufuk timur. Menggantikan cahaya rembulan yang sudah semalaman menerangi bumi.
Keberadaan sang mentari semakin meninggi seiring berjalannya waktu. Suhu kamar
marc pun hangat karena terkena cahaya kuning itu. Semua benda memiliki bayangan
di belakangnya. Marc belum bangun juga. Pasalnya, jam beker yang biasa
membangunkannya hanya diam. Mungkin, marc lupa menyetel jam beker bergambar
club bola barcelona. Waktu terus berjalan. Hari juga semakin siang.
“marc, bangun! sudah
siang. saatnya sekolah.” teriak seseorang dari balik pintu kamar.
“marc!!!” lagi-lagi suara lebih keras membangunkan marc. Suara itu berbeda
dari suara sebelumnya. Suara khas seorang pria. Suara itu hanya terdengar
sekali lalu pergi.
“iya, aku sudah bangun.” marc menyibakkan selimut yang mehangatkan tubuh
selama ia tidur. Lalu, beranjak dari ranjang berantakan itu. Berjalan menuju
kamar mandi. Bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
- Skip -
Marc membuka pintu, melihat keadaan luar kamar. Aroma roti bakar menusuk
hidung. “yummy..” ucap marc sambil mengendus-endus darimana asal aroma itu.
Berjalan mengikuti sinyal makanan yang diterima oleh hidung bangir khas pria
eropa.
“kau ini kenapa? tingkah lakumu seperti anjing pelacak fbi” alex keheranan
akan kelakuan sang kakak. Pagi-pagi sudah melakukan hal aneh. Namun, sebenarnya
itu manusiawi.
“aku mencium aroma roti bakar”
“ya jelas, mama sedang memasak roti bakar di dapur. sudahlah, aku mau
sarapan.” alex berlari kecil mendahului marc.
Melihat adik yang telah mendahului, ia tak mau kalah. Mengejar alex agar
mendapat kursi pertama. Marc selalu ingin menjadi yang pertama di setiap
kesempatan. Tidak ada kata kedua dalam kamus hidupnya. Supaya lebih cepat dari
alex, ia meluncur dari pegangan tangga atas lalu ke bawah. Menganggap pegangan
kayu itu sebagai perosotan. Padahal, lebar peganggan tangga tidak lebih dari
tujuh centimeter. Untung saja tak tergelincir.
“aku pertama!” teriak marc kegirangan. Ia berhasil mendapatkan kursi
pertama. Lebih cepat dua menit dari alex yang terlihat sangat santai.
Tak peduli pertama ataupun kedua yang terpenting dapat makan sampai
kenyang, begitulah pemikiran singkat alex.
“kali ini kita sarapan apa,ma?”
“roti bakar” alex menyahut.
“diam kau, alex! aku bertanya pada mama kenapa kau yang menjawab? memangnya
kau ini mama?”
Semenjak hubungannya dengan vanessa berhenti di tengah jalan, marc menjadi
seseorang yang sedikit sentimentil. Sementara alex hanya menirukan ucapan marc
tetapi tidak mengeluarkan suara, hanya mimik wajah saja.
“sudahlah, tidak perlu bertengkar! pagi ini kita sarapan roti bakar spesial
dan susu sapi segar” mami roser meletakan satu persatu piring yang berisi roti
bakar. Papi julia membantu mami meletakan susu sapi di atas meja makan.
“susu sapi segar? lebih segar mana sama ketekku?” alex mengangkat salah satu
tangannya, menunjukan ketiak. Ia baru mencukur bulu ketiak, mungkin itu yang
membuatnya percaya diri untuk memamerkannya.
“lebih segar ketek kerbau” ujar marc sibuk melahap roti bakar selai
bluberry.
Alex hanya terdiam sembari meminum susu tiga tegukan. “ahhh... segar! alex
berangkat sekolah dulu”
“marc juga berangkat
dulu”
♥ ♥ ♥
Marc memarkirkan motor hadiah ulang tahun di lapangan parkir sekolah.
Kemudian, berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelas, takut terlambat masuk kelas
karena jam pertama diisi oleh pak daniel yang terkenal selalu memegang teguh
kedisiplinan. Namun, ketika memasuki koridor sekolah, tanpa sengaja seorang
gadis dengan tumpukan buku di tangan menabrak marc. Seketika itu juga,
buku-buku di tangan gadis itupun terjatuh berserakan di lantai.
“kau punya mata atau tidak?” tanya marc dengan nada ketus ciri khasnya.
Mata marc melotot, bola matanya seperti ingin lepas.
Tanpa berkata apa-apa, gadis itu langsung membungkukkan badan dan mengambil
buku-buku miliknya yang terjatuh.
“hey, kau dengar apa yang kutanyakan tidak?” bentak marc untuk kedua kali.
Marc memperhatikan setiap gerak tubuh gadis tersebut dengan tatapan sinis.
Ia heran, mengapa gadis itu hanya diam saja. Belum pernah ia diabaikan seperti
ini terlebih oleh seorang gadis. Semua gadis yang ada di sekolah itu selalu
berlomba mencari perhatiannya. Tapi apa yang terjadi sekarang? justru ia yang
diabaikan.
Setelah semua buku berhasil diambil, si gadis berlari secepat yang ia bisa,
meninggalkan marc yang masih berdiri tegak dengan perasaan heran bercampur
kesal.
“kau cantik tapi bisu!” dibawah alam sadarnya, marc telah mengakui bahwa
gadis yang baru saja ia temui itu cantik.
“apa yang kubilang tadi? dia cantik? oh tidak kutarik kembali perkataanku.
kuharap aku tidak bertemu lagi denganmu!” ocehan marc menyertai kepergian sang
gadis. “ya ampun, sudah jam tujuh kurang sepuluh menit. aku harus segera masuk
kelas”
Marc berlari terbirit-birit setelah melihat jam yang melingkar di
pergelangan tangan kiri. Menaiki anak tangga dengan kecepatan tinggi.
Akhirnya, sampailah marc di depan pintu kelas. Terdengar suara beberapa
anak sedang asyik mengobrol. Itu pertanda bahwa pak daniel belum memasuki
kelas. Begitu lega perasaan marc mengetahui hal ini.
“untung saja” marc mengatur nafas yang tersengal-sengal sehabis berlari
kencang. Meyandarkan tubuh pada pintu kelas, beristirahat sejenak.
“hi,marc!” sapa segerombolan gadis yang akan memasuki kelas bersama. Salah
seorang gadis menyedipkan mata untuk menarik perhatian si ganteng, marc
marquez.
Marc hanya diam, tak bereaksi.
“genit amat tu cewek. masuk,bro! sebelum pak daniel datang” dani menyudahi
istirahat marc yang baru berumur jagung.
“ini mau masuk kelas” sahut marc. Lalu, berjalan menuju bangku terdepan.
Duduk santai sembari menyeka peluh yang mengucur deras.
“pakai sapu tanganku” sebuah lipatan sapu tangan yang terdapat bordiran ‘M&V’
berada di depan mata cokelat marc.
Akan tetapi, ia tidak merespon niat baik yang ditujukan padanya. Ia tahu
siapa di balik ini.
“sini, aku lap keringatmu!” seseorang menyeka keringat marc dengan sapu
tangan yang ditawarkannya tadi. Dengan lembut, permukaan kain berwarna putih
mengenai kulit marc. Kain itu menyerap semua keringat yang membasahi dahi.
“jangan sok baik
setelah apa yang telah kau lakukan padaku” marc memalingkan wajah.
“maafkan aku”
vanessa tertunduk lesu.
“tugas fisika dua hari yang lalu sudah selesai kau kerjakan?” dani membuat
marc dan vanessa terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba ia duduk menyamping di
atas meja, menghasilkan goncangan.
Dani dan marc telah bersahabat sejak kecil. Mereka memiliki banyak kesamaan
seperti, sama-sama memiliki hobi balap motor, hobi bermain sepak bola,
dan hobi mancing. Keluarga mereka saling mengenal satu sama lain. Sudah menjadi
pemandangan biasa jika ada marc pasti ada dani atau sebaliknya. Mereka selalu
duduk sebangku tiap hari.
“kau ini mengagetkan saja. sudah” balas marc. Dia ingat bahwa semalam tugas
fisika miliknya dikerjakan mami roser, jadi ia berani menjawab ‘sudah’.
“mana? aku pinjam. aku akan mencocokan jawabanmu denganku”
“sebentar... sabar”
Marc mencari buku tulis fisika. Seingatnya, ia telah memasukan buku
berwarna biru langit ke dalam tas. Berkali-kali membolak-balik semua buku yang
terdapat di dalam tasnya, marc belum juga menemukan buku yang di cari. “bukunya
hilang!” teriak marc keras hingga semua siswa mengalihkan perhatian pada ketiga abg itu.
“coba keluarkan semua isi tasmu!” vanessa memberi saran.
Marc menyetujui saran yang di berikan vanessa. Membalikan tas yang sengaja
di buka. Menumpahkan semua isi tas ke atas meja. Mengoreksi satu persatu
bilamana terselip di antara buku-buku lainnya. Namun apa yang di dapati oleh
mereka,
“itukan jadwal pelajaran kemarin,marc” dani terperangah melihat buku yang
semuanya tidak sesuai jadwal pelajaran hari rabu.
“aduh, aku lupa menata jadwal. berarti aku tak membawa tugas fisika dari
pak daniel. bagaimana ini? aku pasti dapat hukuman” ujar marc menepuk jidat.
“selamat pagi, anak-anak!” sapa pak daniel, berjalan santai memasuki ruang
kelas.
Mendengar suara tersebut para murid terpaksa meninggalkan semua
kesibukannya. Berlarian menuju bangku masing-masing.
“keluarkan tugas kalian dua hari lalu!” pak daniel membenarkan posisi duduk
di kursi guru.
Semua murid sibuk mengambil tugas fisika mereka, terkecuali marc. Ia duduk
melamun. Pikirannya menerawang jauh, memikirkan hukuman apa yang akan ia terima
sebentar lagi. Entah, angin apa yang lewat? Sebelumnya, ia tak pernah ketakutan
jika akan di beri hukuman. Lagi-lagi keretakan hubungannya dengan vanessa turut
ambil andil dalam perubahan sikap dan perilaku marc.
“ada yang tidak
membawa?” tanya pak daniel.
Jari telunjuk marc mengacung spontan. Mata pak daniel melotot tajam.
Wajahnya memerah. Jika sudah seperti ini, pak daniel akan marah besar.
“kenapa kau tidak membawa?”
“saya lupa, pak”
“alasan kuno! dua
hari apakah tidak cukup untuk mengerjakan sepuluh soal?”
“sebenarnya saya
sudah selesai mengerjakan namun bukunya tertinggal di rumah. saya baru
menyadarinya tadi.”
“sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran bapak selesai. lalu pada jam istirahat nanti kamu membersihkan kamar mandi”
“sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran bapak selesai. lalu pada jam istirahat nanti kamu membersihkan kamar mandi”
Pertanyaan marc terjawab sudah. Hukuman
setimpal telah di dapatkannya. Terpaksa, ia harus berdiri di depan kelas selama
dua jam.
Apes!
Tok... tok... tok,
ada seseorang di balik pintu kelas XI D. Tak lama kemudian, seseorang itu
memutar tuas pintu. Berjalan mantap menghampiri meja guru.
“Sepertinya aku tak
asing dengan wajah itu” gumam marc setelah melihat siapa di balik ketukan ‘misterius’.
Matanya berkeliling mencoba mengingat-ingat kembali wajah yang familier.
To be continued
Comment-nya yaaa!!! ninggalin jejak dong jangan jadi pembaca gelap. thanks :)
kEJADIAN yang MEMALUKAN :D
BalasHapusitu yang cewek Foto nya Bruna ya?
eh,minta sarannya gimana caranya buat cerita sekeren ini..aku ingin banget buat tapi belum kesampaian sampe sekarang soalnya nggak bisa memakai bahasa yang bagus #jujur
Kejadian apa yg memalukan?
HapusIya, itu bruna
saran? mmm... sering-sering aja baca novel
tu dihukum sama pak daniel:D nggak suka novel...malas + benci bangett sama Novel:( tapi akan kucoba deh.
BalasHapussorry baru bisa bales
BalasHapusoh itu hahahahaha salah sendiri ga bawa buku tugas
semangat!
ya salah sendiri emang...harusnya mami roser nganterin ke scholl dong.
Hapusceritanya emang gitu,, klo mami roser nganterin ya gak di hukum,, kurang seru :)
Hapusiya sumpah lucu lo pokoknya yang paling berkesan itu kredit panci murah.Sepertinya memiliki bakat jadi pelawak nih.
Hapus