Senin, 16 Juni 2014

FF Indonesia Marc Marquez : What You've Done To Me?







Title                : What you’ve done to me?
Cast                : Marc marquez as himself
                         Ariana grande as mikhaela
                         Taylor swift as caroline
  Scott redding as himself
                         Roser marquez as herself
Genre             : Romance, sad.




Hi guys! Selamat pagi, siang, sore, malam! *tergantung kalian bacanya kapan* kali ini aku akan memposting sebuah ff pertama ku. Ini asli buatan ku loh... ga copy ataupun mem-plagiat soalnya aku bener-bener mikir sendiri. Karena ini ff pertama jadi maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan yang tidak sesuai EYD. Happy reading!



Hari baru tiba. Mentari terbangun dari tidurnya yang lelap itu. Sinarnya begitu terang menerobos jendela kamar marc layaknya sang mentari sedang sangat bahagia. Sorotan sinar matahari itu memapar wajah tampan marc seolah-olah meminta marc untuk bangun. Namun tetap saja, marc masih terlelap. Semalam ia mengalami hal yang melelahkan ya, perjalanan pulang dari catalunya ke cervera. Tit.. tit...tit, suara jam beker nyaring. Kali ini marc terbangun karena suara jam beker yang berada di samping ranjang itu memekikkan telinga. Tangannya meraba-raba berusaha mematikan jam beker. Wajahnya kelihatan sayup dan pucat. Matanya menyipit karena sorotan sinar matahari menyilaukan. Beberapa kali ia mengedipkan mata untuk menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menyinari seisi kamar. Ini bisa dibilang tidak pagi lagi sebab sudah pukul sepuluh waktu cervera. Marc pun bergegas bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi, menyiapkan diri untuk memulai hari ini.

- Skip -

Langkah demi langkah, marc menuruni anak tangga rumahnya menuju ruang makan sembari bersiul. Sepertinya, suasana hati marc sedang bahagia saat ini. Hal ini nampak sekali dari senyum manis yang mengembang di wajahnya.
“pagi ma!” sapa marc kepada mami roser yang sedang sibuk mencuci piring. Memang, letak ruang makan dengan dapur berdekatan bahkan tak ada sekat.
“pagi..? coba lihat jam!” jawab mami roser tanpa menoleh ke arah marc.
Mendengar ucapan sang bunda, marc langsung melihat jam yang terpasang jelas di dinding dapur. Jarum panjang menunjukan angka enam sedangkan jarum pendeknya diantara angka sepuluh dan sebelas. Tepat pukul setengah sebelas siang.
“hehehe... jamnya cepat sekali ya,ma? wah, pasti dirubah papi” nada bicara marc terdengar lugu. 
Mami roser hanya geleng-geleng kepala merasakan keluguan putra sulungnya itu. 
“loh... rotinya hanya ada satu? alex dan papi nanti makan apa? kalau penghematan jangan gini-gini juga, ma”
“sudah makan saja rotinya.. ini bukan penghematan tapi PENYISAAN! alex dan papi sudah sarapan dari tadi. makannya, jangan kesiangan bangunnya diberi sisa kan?” mami roser yang baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah tangga berjalan meninggalkan dapur menuju ruang tengah.
“ini kurang,ma! nanti otot-ototku kendur gimana? nanti tak ada lagi wanita cantik mendekatiku.” keluh marc.
“itu tidak berpengaruh pada ototmu. sebenarnya, baguslah agar tidak ada lagi wanita ganjen yang menggoda kamu. mama kurang suka! lagian kamu sudah sama mikhaela” suara mami roser terdengar jauh. “sudah makan saja! daripada tidak sama sekali” bentak mami roser.
Marc yang sedari tadi duduk memandangi makanan di meja akhirnya melahap roti selai kacang itu juga.  Sempat terdengar nama ‘mikhaela’ terlontar dari mulut sang bunda. Setiap kali mendengar nama ‘mikhaela’ disebut suasana hati marc berubah seratus delapan puluh derajat, perasaannya jadi tak karuan. Perasaan cinta dan rindu yang menggebu mengacak-acak hatinya. Ya, selama ini mikhaela-lah yang menggalaui(?) hati marc.
mikhaela oh.. mikhaela.. batin marc dalam hati. 
Ia pun berinisiatif menemui mikhaela ‘tuk melampiaskan segala kerinduan. Mencurahkan seluruh cinta dan kasih sayangnya pada gadis yang sudah dua tahun ia kencani.

***
Sepanjang perjalanan, marc tak henti-hentinya membayangkan wajah ela, panggilan sayang marc untuk mikhaela. Kita ketahui bersama(?) bahwa hal ini sangat membahayakan karena dapat mengganggu konsentrasi pengemudi saat menyetir dan dapat mengakibatkan hal yang tidak diinginkan terjadi. Mau bagaimana lagi, pikirannya dipenuhi oleh mikhaela.
“bawa bunga atau coklat?” tanya marc pada diri sendiri. Marc bingung, apa yang akan di berikan kepada mikhaela. Tak mungkin, ia menemuinya dengan tangan kosong.

Sesaat, roda mobilnya berhenti berputar ketika melintasi sebuah toko bunga langganannya “Caroline’s florists”. Hampir setiap minggu ia mengunjungi toko bunga itu hanya untuk membeli sebuket bunga. Mami roser yang memberitahu bahwa di perempatan jalan ini ada sebuah toko bunga. Karena begitu seringnya membeli bunga di toko ini, sampai-sampai ia akrab dengan sang pemilik, caroline.
“hi,marc! beli bunga untuk ela, ya?” sapa caroline dari meja kasir pada marc yang baru saja melangkahkan kaki di lantai toko.
“iya, oh ya.. jangan panggil ela kan itu panggilan sayangku untuk dia!” 
“baiklah, aku paham. ini ada karangan bunga new edition” caroline menawarkan karangan bunga yang ada di depan meja kasir. “ditata secantik mungkin seperti yang menatanya hahaha” caroline cekikikan.
“new edition? ada ada saja kamu, carol. okelah aku beli bunga yang itu. berapa harganya?” marc merogoh saku celananya mencoba mencari dompet miliknya. Ia terus saja merogoh dalam - dalam saku celananya.
“i'm waiting...” caroline menyangga dagunya dengan tangan kanan di atas meja.
“loh..loh..loh dompet ku mana?” marc panik ketika mendapati dompetnya tidak ada di saku. Meraba-raba saku kemejanya barangkali dia menemukan dompet kulit berwarna hitam pemberian mikhaela.
“alah... alasan kamu, marc! bilang saja tak punya uang! kalau mau hutang, ya hutang aja kali tak perlu pakai alasan dompet hilang... alasan klasik.”
“beneran, dompetku hilang. masa pria setampan aku hutang? apa kata dunia ha?!” tungkas marc meyakinkan caroline. “oh ya...aku lupa. tadi dompetku masih di atas ranjang”
“dasar pelupa! ini bunganya... bayarnya bisa belakangan tapi harus di bayar,ya? bisa rugi aku kalau begini caranya”
“iya carrot bawel! thanks, kamu adalah sahabat terbaikku.” *(carrot = plesetan nama caroline)
Aku ingin lebih dari seorang sahabat,marc. Sadarkah engkau akan itu? batin caroline dalam hati. 
Pertemuan pertamanya dengan marc setahun lalu membuat caroline jatuh hati sejak pandangan pertama. Setahun bukanlah waktu yang sebentar bagi caroline untuk menunggu marc. Kesetiaannya akan hal yang belum pasti perlu di ajungi jempol. Apalagi, status marc yang sudah memiliki kekasih. Caroline tahu diri jika ia mencintai kekasih orang lain, maka dari itu ia coba kubur dalam-dalam perasaan cintanya. Namun, hingga saat ini rasa cintanya tak pernah berubah, tetap saja sama seperti saat jatuh hati pada marc untuk pertama kali. Perasaannya begitu rapat ia jaga hingga marc tak mengetahui akan hal ini. Caroline tahu betul apa akibatnya memendam cinta seperti ini, rasa cemburu dan sakit hati akan melukai hatinya.

In Another Place

Ting tong... ting tong...,  bel rumah berbunyi beberapa kali. Mikhaela yang sibuk membuat jus di dapur segera menghampiri pintu dan membukanya. Ia tersentak ketika melihat seorang pemuda tampan berdiri gagah di depannya. Tangan pemuda itu membawa sebuket bunga nan indah sembari tersenyum. Harum parfumnya menyengat hidung. Penampilannya juga begitu rapi. Mengenakan polo t-shirt bewarna hitam yang dipadukan dengan celana jeans. Rambutnya ditata sedemikian rupa berharap mendapat pujian dari mikhaela. Sedangkan, mikhaela sendiri hanya memakai kaos dan celana pendek dengan celemek yang terdapat noda jus berwarna merah.
“ada perlu apa kau kemari?” tanya mikhaela.
“aku hanya ingin melihat wajahmu yang cantik itu. apa tidak boleh? ini aku bawakan bunga untuk mu, honey” pemuda itu menyodorkan sebuket bunga pada mikhaela.
“hmmm.. harum sekali. thanks, scott. masuklah!” mikhaela mempersilahkan masuk pemuda yang bernama scott itu. 
Sebelumnya, mereka berdua sempat berciuman layaknya sepasang kekasih. Keduanya pun duduk berdampingan di sofa. Berbincang-bincang dan bersenda gurau, terlihat begitu dekat dan akrab. Jika diperhatikan, mikhaela dan scott seperti sepasang kekasih yang sedang mengadu cinta. Tangan scott merangkul mikhaela dan sesekali membelai rambut mikhaela yang dibiarkan terurai panjang.
“apa yang sedang kau kerjakan? mengapa kau memakai celemek?” tanya scott dengan tampang penasaran.
“aku membuat jus. oh ya, aku lupa! sebentar aku ambilkan jusnya” mikhaela beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur mengambil jus jambu yang hampir dilupakannya karena kedatangan scott. 
“uh.. kau hampir ku lupakan, jus”  jus jambu itupun di bawanya ke ruang tamu untuk diminum bersama scott. Berjalan perlahan-lahan agar jus jambu itu tak tumpah mengotori lantai yang pagi-pagi sudah di pel olehnya.
Di saat yang sama bel rumah berbunyi, scott yang sedang membaca koran terpaksa harus membukakan pintu. Scott heran dengan maksud kedatangan sesosok pemuda yang tak kalah tampan dengannya. Memperhatikan dengan seksama pemuda yang berdiri dihadapannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia merasa mengenal pemuda itu. Ya benar itu marc, teman balapnya.
“apa keperluanmu, marc?”
“kau sendiri kenapa ada di sini? ini rumah mikhaela,kan? apa dia sudah pindah rumah?”
“ka ka kau... kau kenal mikhaela?” scott bertanya pada marc dengan terbata-bata.
“iya, dia kan.. hi, mikhaela!” tiba-tiba mikhaela muncul dari belakang dengan membawa dua gelas jus jambu.
Scott pun menoleh kebelakang karena mendengar marc memanggil nama ‘mikhaela’. Seketika itu juga, aliran darah mikhaela terhenti. Wajahnya menjadi pucat pasi. Ia begitu terkejut akan marc yang berdiri di ambang pintu. “prak!” gelas kaca yang ada di kedua tangannya terjatuh.
“ela!” teriak marc sambil berlari menghampiri mikhaela lalu menuntunnya ke sofa. Menjauhkannya dari pecahan kaca yang berceceran di lantai. Takut pecahan kaca tajam melukai tubuh indah mikhaela.
“kau tak apa,honey?” tanya scott pada mikhaela, memastikan bahwa kekasihnya itu baik-baik saja.
“apa kau bilang? honey?” sahut marc dengan nada yang tinggi bahkan lebih tinggi dari teriakannya tadi. “ela! coba jelaskan apa maksud semua ini! mengapa dia memanggilmu dengan sebutan honey?” emosinya tak tertahankan lagi, marc membentak mikhaela. Padahal, ia tak pernah lakukan ini terhadap kekasih yang sangat dia cintai. “maafkan a a aku.. membentakmu.”
“kau tak seharusnya meminta maaf,marc. aku yang salah.” air mata mikhaela tak terbendung lagi. Ia menangis tersedu-sedu di hadapan kedua pria itu. Pipinya basah akan cucuran air mata.
“apa maksudnya ini?” scott tak mengerti arti semua ini. Sehingga meminta jawaban mikhaela yang dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, karena ia benar-benar tak mengerti. “hey, kau marc! aku ini kekasihnya jadi wajar-wajar saja aku memanggilnya dengan sebutan honey. kau sendiri mengapa begitu perhatian terhadap kekasihku?”
“jangan bilang... oh ini tidak mungkin” marc menyangkal pikirannya sendiri.
“aku mencintai kalian berdua!” ucap mikhaela spontan. 
Sontak pernyataannya itu membuat marc dan scott terkejut bukan main. Tak pernah terlintas di pikiran mereka masing-masing jikalau mikhaela tega melakukan hal ini. Kejadian ini tak terduga dan tak diharapkan. Kesalahan besar telah di buat mikhaela sendiri. Kini kedua pria itu terpaku mencoba mencerna kembali apa yang baru saja di ucapkan mikhaela.
“apa ini artinya....” marc tersadar dari lamunannya.
“ya, aku mencintai kau dan scott. maafkan aku telah membohongi kalian berdua. aku sangat menyesal telah melakukan ini.”
“tapi kau tak seharusnya melakukan ini. cinta hanya satu mikhaela.” scott memberi pengertian pada mikhaela sembari mengusap air mata kekasihnya yang telah berbohong besar. Bagaimanapun juga, mikhaela adalah satu satunya wanita yang ia cintai saat ini. 
“sekarang tatap mataku! kau lebih mencintai dia atau aku? kau pilih dia atau aku? cintamu kau berikan sepenuhnya pada siapa?” scott menatap mikhaela lekat. Jauh dalam lubuk hatinya, ia tak sampai hati membrondong mikhaela dengan pertanyaan bertubi-tubi seperti ini. Ia tau persis bagaimana perasaan mikhaela. Akan tetapi, ini adalah sebuah urusan yang harus segera diselesaikan. Sebuah urusan hati yang rumit. Memang, yang namanya urusan hati akan selalu rumit.
“jawab,ela!” marc memaksa mikhaela untuk membuka mulutnya, menggoyang-goyangkan tubuh mikhaela berusaha menyadarkannya dari lamunan.
“aku tak mau kehilangan kalian berdua” jawab mikhaela tertunduk.
“cinta hanya satu, honey”
Mikhaela termenung kembali memikirkan jawaban yang dituntut oleh marc dan scott. Berusaha mencari jalan tengah agar tak menyakiti hati keduanya. Ia tak ingin kedua pria di hadapannya tersakiti untuk kesekian kali. Hati mereka berdua akan sama hancurnya  dengan kepingan gelas kaca yang terjatuh tadi.
“baiklah... aku tak memilih salah satu diantara kalian berdua. aku tak mau salah satu diantara kalian terluka, karena aku mencintai kalian berdua. kuharap ini jalan terbaik.”
Mata marc berkaca-kaca. Tak kuasa menahan luka yang menusuk, menyayat-nyayat bahkan menghancurkan hati. Ia tak tahu lagi bagaimana menyatukan kembali serpihan hatinya. Begitupula dengan scott, ia juga merasakan hal yang sama seperti marc. Cintanya telah di khianati. Ini bagaikan sandiwara cinta yang berbalut selimut. Terasa hangat di jalani dan tertutup rapat oleh paras indah seorang wanita.
“sekarang kalian pergi dari sini! buat apa membuang waktu untukku? waktu kalian lebih berharga daripada aku.” sentak mikhaela. 
Marc dan scott masih berada di posisinya.
“kau adalah waktuku mikhaela.” ucap scott lembut.
“lalu bagaimana dengan hubungan kita?” tanya marc pada mikhaela, meminta kepastian akan kelanjutan hubungan mereka.
“marc... scott... mungkin hubungan kita berakhir sampai disini. Ini tak mungkin dilanjutkan. benar kata scott, cinta hanya satu.” mikhaela menghela nafas dalam. “sekarang kalian berdua pergi dari sini! anggap ini tak pernah terjadi, anggap pula kalian tidak pernah mengenalku!” mikhaela beranjak dari sofa dan memaksa marc dan scott untuk angkat kaki dari rumahnya.
“ta ta tapi honey” scott mencoba menahan mikhaela.
“sudahlah, pulang saja sana! aku berjanji tak akan pernah lagi muncul dihadapan kalian.” 
Akhirnya, kedua pria itu benar-benar pergi dari rumahnya.
“maafkan aku” kata maaf terucap dari mulut mikhaela saat memandangi punggung marc dan scott dari balik jendela. Ia terus saja memandangi hingga bayangan mereka hilang bersamaan dengan deru mobil keduanya.

***
Smartphone marc berdering. Ada telepon dari mami roser. Awalnya, marc tak hiraukan suara nyaring yang berasal dari smartphone apple kesayangannya. Pikirannya kacau akibat kejadian di rumah mikhaela tadi. Kini dering iphone-nya telah berhenti. Selang beberapa detik, smartphone marc berdering kembali. Kali ini ia mengangkat telepon dari sang bunda tercinta. Memarkirkan mobil sport bmw hitam, hadiah atas keberhasilannya menyandang titel juara dunia motogp 2013 di pinggir jalan sepi agar lebih nyaman bertelepon.
“halo sayang! kenapa tidak mengangkat telepon mama tadi?” suara dari seberang memulai percakapan.
“maaf, ma. aku sedang banyak pikiran. ada apa mama meneleponku?”
“tolong ambilkan bunga pesanan mama di caroline,ya! pakai uangmu dulu nanti mama ganti! adakan?”
“tentu saja ada, aku selalu membawa uang lebih ketika berpergian.”
“kau darimana saja? kenapa hingga sore begini kau belum pulang juga? sudah jam empat marc.” mami roser mengintrograsi marc. Merasa tak beres akan kepergian marc. Ia curiga apa saja yang telah dilakukan oleh salah satu putra kebanggaannya. Marc keluar rumah tengah hari hingga saat ini belum pulang juga. Sebagai seorang ibu sudah sepantasnya mengkhawatirkan anaknya.
“aku baru saja mengunjungi rumah mikhaela.”
“baiklah kalau begitu. take care, sayang!”
Tut.. tut.. tut nada putus terdengar menyudahi percakapan mereka. Marc pun memutar balik arah mobilnya menuju “caroline’s florists” yang tak jauh dari situ.
“mama ini meminta tolong disaat yang kurang tepat” marc mendengus kesal.
Tak lama, mobilnya sudah berada di depan toko bunga “caroline’s florists”. Langkahnya terlihat gontai saat berjalan memasuki toko itu.
“hi,marc! pasti kau ingin mengambil bunga pesanan mama roser kan?” seperti biasa caroline menyapa marc terlebih dulu.  Suara ceria dan cetar membahananya(?) membuat pengunjung yang ada disitu menoleh kearahnya. “kau kenapa marc? kau lesu sekali. what happened?” tanya caroline lirih, takut pengunjung lainnya terganggu 'lagi'.
“aku baik-baik saja hanya kelelahan. mana bunga pesanan mama?”
“ini.. semuanya empatpuluh lima euro” caroline menyodorkan tiga ikat kumpulan bunga mawar putih kearah marc. Entah, untuk apa mami roser membeli bunga sebanyak itu. “oh.. ya kau belum membayar hutangmu padaku”
“seharusnya kau lupa akan itu. ini uangnya.. lunas kan?” marc memberikan sejumlah uang pada caroline untuk membayar hutang dan pesanan mami roser. 
Caroline menghitung kembali uang tersebut kemudian memasukannya kedalam mesin kasir.
“aku pulang dulu” marc pamit pulang.
“tunggu! kau benar baik-baik saja? ucapan dan keadaan tubuhmu begitu kontras. penampilanmu berantakan. ada apa sebenarnya? ceritakan saja padaku!”
“maaf aku harus pulang. mama menunggu bunga ini.” marc mengangkat tangan yang membawa banyak bunga, memberitahu bahwa bunga itu yang dimaksud. Kemudian pergi begitu saja meninggalkan caroline's florists.
Kuyakin pasti terjadi sesuatu pada marc, tak biasanya dia bersikap begini. pasti ini semua karena mikhaela. ya, mikhaela. tapi kenapa? batin caroline menduga-duga.
“hey! kenapa melamun?” seseorang mengagetkan caroline.
“sejak kapan kau berdiri di situ?”
“baru saja” ucap scott sambil menjulurkan lidah. 
        Scott merupakan kakak satu-satunya yang caroline punya. Dia sangat menyayangi caroline seperti ia menyayangi dirinya sendiri dan mikhaela. Caroline ia jaga semampunya. Ayah dan ibu mereka sudah lama meninggal dunia. Hanya usaha toko bunga warisan orang tua dan penghasilan balap scott yang menghidupi mereka. 
“aku mau curhat. bolehkah?” nada bicara scott terdengar ceria seakan-akan ia sudah melupakan kejadian tadi di rumah mikhaela. 
Caroline hanya mengangguk tanda bersedia mendengarkan curahan hati sang kakak. Mereka berdua duduk di sebuah sofa dekat dengan meja kasir.
“kakak mau curhat apa?”
“kakak kecewa dengan kekasih kakak tepatnya mantan kekasih. dia mengkhianati cinta kakak. Ia bermain cinta dengan pria lain. pria itu adalah marc.”
“apa..? marc..? yang benar saja kau. aku kenal marc, dia tak mungkin seperti itu.”
“i swear. tadi terjadi kejadian yang menyakitkan diantara kami. aku tak percaya jika kekasihku berselingkuh dengan marc, teman baikku. Sekarang aku tak tahu harus bagaimana, aku kehilangan wanita yang kucintai.” suara scott semakin melemah.
“jadi kalian mencintai wanita yang sama?” 
Scott mengangguk. 
“apa wanita itu bernama mikhaela?”
“darimana kau tahu? aku tak pernah bercerita sama sekali tentang dia padamu?” 
Belum saja pertanyaan scott dijawab, caroline sudah pergi meninggalkan scott duduk sendirian. 
“hey! mau kemana kau? aku belum selesai bercerita”
“tolong jaga toko sebentar! aku ada urusan.” teriak caroline. Ia Tergesa-gesa menaiki sepeda berwarna merah muda lalu pergi.
“dasar adik tak tahu diri, damn!”gumam scott mengutuki adiknya sendiri.
Sementara itu, caroline terus mengayuh pedal sepeda. Arah lajunya menuju rumah marc. Hanya ada nama marc yang terlintas di benaknya. Pernyataan sekaligus curhatan(?) sang kakak menyadarkannya akan marc. Ia khawatir akan keadaan marc yang terlihat kurang baik . Berkat kakaknya juga ia mengerti apa yang membuat marc seperti tadi sewaktu mengambil bunga pesanan mami roser. Rencananya, ia akan menghibur marc yang dirasanya sedang bersedih.
-
“nah... akhirnya sampai juga” caroline memarkirkan sepedanya di pekarangan rumah marc. Berlari menuju pintu dan menekan bel.
Ting tong.. ting tong , bel berbunyi. Mami roser segera membukakan pintu.
“marc ada?”
“ada, sekarang ia ada di halaman belakang rumah. ada apa,carol?”
“aku ingin menemui marc.bolehkah?”
“tentu saja. lewat samping ya, nak.”
“terimakasih tante” caroline memalingkan badan dan bergegas menuju halaman belakang rumah. Ia sudah tak sabar, banyak yang akan ia katakan pada marc. 
Namun, ketika melewati sebuah pohon cemara di samping rumah ia mendengar seseorang berteriak penuh emosi.
“WHAT YOU’VE DONE TO ME, ela?! you’re my heartbreaker.tak kusangka kau sekejam ini padaku. aku kecewa padamu. kau khianati cintaku. arrgghhh...!”
“marc...?” caroline yang mendengar teriakan tadi mendekati marc, berusaha menenangkannya. “aku tau perasaanmu, marc”
“tidak! kau tidak tau! this’s so hurtful, carol. ucapan ela tadi bak pisau dihatiku dan masih terngiang di benakku. perasaan cinta ini membunuhku sendiri.”
“marc, dengarkanlah aku! cinta itu tak selamanya menyenangkan dan tak harus berakhir bahagia. jika kau memang mencintainya relakan saja dia asalkan dia bahagia walau tak bersamamu. sama seperti yang kulakukan, kurelakan hatiku terluka asalkan orang yang kucintai bahagia walau tak bersamaku. bisa melihatnya tersenyum itu adalah anugerah terindah bagiku”
“aku terlanjur mencintainya”
“sebenarnya, ada seseorang yang mencintaimu lebih dari dia,marc.” caroline menghela nafas panjang. 
Marc menatap dalam-dalam mata caroline yang memandang lurus kedepan, berharap caroline memberitahukan siapa dia. 
“aku. kuakui, aku mencintaimu dan menunggumu dalam diamku selama setahun. pertemuan pertama kita yang membuatku jatuh hati padamu. jujur saja, hatiku hancur setiap kali kau membeli bunga untuk mikhaela.” tanpa sadar, caroline telah melanggar janjinya. Yakni, tidak mengungkapkan perasaannya kepada marc. Namun kini hal itu hanya janji yang teringkari. Sekarang, marc sudah tahu.
“apakah kau serius?” caroline hanya mengangguk tanpa memandang marc sama sekali. Ia tak kuasa melihat binar mata marc yang telah membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama.
“maafkan aku telah melukaimu” tanpa berpikir panjang, marc langsung merengkuh caroline, membiarkan caroline hangat didekapannya.
WHAT YOU’VE DONE TO ME,marc?!! kau buatku melayang saat kau peluk aku. tak pernah kurasaakan pelukan sehangat pelukanmu.WHAT YOU’VE DONE TO ME?! I’m a rocket to the sun. I’m a heartbeat on the run. I’m a bullet I can fly. when you hug me I could die. That’s what you’ve done to me. Seru caroline dalam hatinya.



~ The End ~

Comment yaaa! :)



6 komentar:

  1. hem.....mantap!
    aku terbawa suasana dan alur cerita ini *curhat
    bagus...9,98 dah.
    soalnya ada *seingatku 2 kata Rabat yang seharusnya Scott.
    tapi keseluruhan it's okay and WONDERFULL
    Ditunggu part lanjutnya ya:) *****

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banyak atas perhatiannya. Kalo yg masalah typo itu aku minta maaf jujur sempat ada perubahan tokoh dari rabat ke scott jadi mungkin aku kelewatan rubah namanya.

      Hapus
  2. masih banyak typo dimana-mana, but overall it's a nice story!! keep writing ya. kebetulan aku juga ngefans banget sama Taylor :D btw aku juga suka nulis ff tentang MotoGP, mind to read? http://sweeterthanfanfiction.wordpress.com/tag/marc-marquez/ thanks. :)

    BalasHapus
  3. Ceritanya enk, keren, seru..
    Thanks ya.. Ini kereeen, banget... (Y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks for reading! :)
      kalo mau silahkan baca FF w yg lainnya. Thanks before.

      Hapus