“Ga salah ni lo bawa helm cewek? Sebelumnya
gue ga pernah tuh liat lo bawa helm cewek. Tadi pagi lo abis boncengin cewek
ya?” tanyaku dengan penuh selidik.
“Enggak,
jangan sotoy! sampai saat ini belum ada cewek yang pernah duduk jok belakang
motor gue. Tapi bentar lagi lo jadi cewek pertama yang dudukin jok ini.” Austin
menepuk-nepuk jok belakang motornya. “cepet naik,bawel!”
“Iya,iya.
Jangan macem-macem sama gue lho!”
“Enggalah,Jeje
bawel. Buruan!”
Akhirnya,
aku naik ke motor Austin dan duduk di jok belakang motornya yang katanya belum
ada cewek yang pernah duduk di sini selain aku. Dan tidak ketinggalan, aku juga
pakai helm pinjaman dari Austin.
Austin
langsung tancap gas meninggalkan sekolah menuju, tidak tahu menuju ke mana, Austin
merahasiakannya. Dalam perjalanan otakku sibuk memikirkan helm bermotif bunga
sakura yang sedang ku pakai. Sangat tidak penting, tapi aku penasaran.
Aku
kepo. Untuk apa Austin membawa helm cewek kalau tadi tidak boncengin cewek?
Kurang kerjaan sekali. Apa mungkin dia sengaja bawa helm ini untuk aku? ah,
tidak mungkin. Sebelumnya,dia tidak tahu kalau aku hilangin earphone –nya dan aku bakal jadi assistent-nya. Apa mungkin Austin punya
kemampuan meramal? Tidak mungkin juga. Apa mungkin dia memang sudah ingin
mengajakku pergi hari ini? Bisa jadi. Tapi kesambet apa Austin mengajakku pergi
berdua? Dia kan anti sama Double J. Tauah, Bodo amat.
“Pegangan,jen!
gue mau ngebut.” pinta Austin.
Demi
keselamatan, aku mau melingkarkan kedua tanganku di pinggang Austin. Sekalian
modus hahahaha..... Tidak tahu mengapa, saat aku peluk tubuh Austin dari
belakang, aku merasakan kenyamanan yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya.
Rasanya seperti aku sedang memiliki Austin seutuhnya.
“Katanya
mau ngebut tapi kok malah berhenti?” tanyaku sedikit berteriak.
“Lampu
merah!!!”
“Dasar
tukang modus! Btw,kita mau kemana,sih?” aku merendahkan volume suara.
“Hah,
apa? gue ga denger,jen”
“KITA
MAU KEMANA?!” aku teriak sekenceng-kencengnya. Tidak peduli orang-orang
melihatku dengan tatapan sinis karena sekarang sedang lampu merah. Otomatis
kalau aku teriak seperti ini orang-orang yang menunggu di belakang garis marka
dengar.
“Rahasia.
Udahlah, trust me,okay?” balas Austin. Lalu tiba-tiba tangan Austin
memegang tanganku yang sedang memeluknya. Dan, mengusap-usapnya lembut. OMG!!!
Aku klepek-klepek.
Traffic
light berganti warna jadi hijau.
Austin langsung melepas tangannya yang tadi mengusap-usap punggung tanganku,
berdalih memegang stang motor.
-
Roda
motor Austin berhenti di depan sebuah toko buku kecil yang dari luar terlihat
sangat sepi. Bahkan kendaran yang terpakir hanya motor Austin dan beberapa
motor milik pegawai toko tersebut.
“Turun!
kita sudah sampai.”
“OOO....
mau ke toko buku. Bilang aja kali engga usah dirahasiin segala. Alay ah lu!” aku
memukul punggung Austin dengan pukulan lemah.
Austin
mengusap-usap punggungnya. “Copot helm-nya! mau masuk ke toko buku pakek helm?
Disangka engga waras lo”
“Bentar,
gue turun dulu.”
Setelah
itu, kami berjalan beriringan memasuki toko buku.Tangannya mencoba untuk
merangkul pundakku. Sontak, aku langsung menghindar. Kemudian, Austin
membukakan pintu toko untukku.
“Selamat
siang dan selamat datang di toko buku bright!” sapa petugas kasir ramah dengan fake smile yang tidak bisa membohongiku.
Di dada sebelah kanannya tertera sebuah name
tag bertuliskan Amanda.
Austin
berjalan mendahuluiku. Lantas, aku pun mengekorinya di belakang. Sekarang, Ia
menuju ke deretan rak buku novel bergenre fiksi. Dengan agak membungkuk, dia
menyisir satu persatu rak-rak buku yang tingginya tidak lebih dari tinggi tubuh
Austin.
“Lo
mau beli buku apa?” tanyaku. Pada akhirnya aku membuka mulut setelah 10
menit-an bungkam dan hanya mengekori Austin di belakang.
Austin
menoleh ke belakang. Dia melihatku dengan iba. “Lo masih hidup,jen?”
“wtf”
“Woo..
woo.. woo.. just kidding,jen.
salahnya dari tadi diam seribu bahasa”
“Kalo
gue kebanyakan ngomong ntar lo katain bawel nah giliran gue diem lo sangka gue
udah pass away. serba salah ya gue di
mata lo. Eh lo mau beli buku apa,sih? siapa tahu gue bisa bantuin nyari biar
cepet pulang”
“Mockingjay”
ucap Austin dengan nada yang sangat datar. Bola matanya kembali fokus pada jajaran
novel di hadapannya. Ia terus mencari novel berjudul Mockingjay karangan Suzan
collins.
“Elah,
ngapain juga beli novelnya? Udah difilm-in kali. Udah selesai juga
penayangannya di bioskop. Tinggal download aja. lagian kalo nonton filmnya cuma
butuhin waktu 2 jam lah kurang lebih tapi kalo baca buku yang tebalnya
berlembar-lembar gitu.. butuh berapa
hari coba? apa engga bosen? Apalagi kalo ada bagian yang engga paham, harus
baca ulang lagi. ribet. Kalo gue sih lebih suka nonton filmnya daripada baca
novelnya.” ucapku panjang lebar. Lengkap dengan gestur tubuh layaknya seseorang
sedang membaca puisi atau berpidato.
“Jennifer,lo
ngapain? dari kejauhan gue liat lo ngedumel sendiri, mana pake penghayatan.” ujar
Austin yang baru tiba di hadapanku. “Gue udah nemuin novelnya.” Austin
mengangkat tangan kanannya ke atas, menunjukan sebuah novel berwarna biru
langit dan bergambar lambang pin mockingjay.
“Jadi,
waktu gue ngomong panjang lebar tadi lo engga denger bahkan lo engga di sini?
lo ninggalin gue dan ngebiarin gue ngomong sendiri kayak orang gila”
Austin
hanya menggelengkan kepala lalu menganggukannya sebagai balasan.
“AUSTIN!!!
lo memang nyebelin bangettttt...... gue benci lo” aku menoyor bahu seseorang yang
ternyata bukan Austin. Itu pegawai toko yang sedang merapikan buku.
“Have
a problem with me?” tanya pegawai pria itu.
“I’m
sorry.” Aku langsung berbalik dan berjalan meninggalkan pegawai toko tadi
dengan menyimpan rasa malu teramat malu. Saking malunya aku berjalan sambil
menundukkan kepala.
Sialnya,
saat aku memberanikan diri untuk mendongak, mataku menangkap Austin sedang
berdiri di depan meja kasir. Dengan langkah kaki yang ku perlebar, aku
menghampiri Austin.
Kini
aku telah berada di sampingnya tanpa ia sadari.
“Terimakasih”
ucap petugas kasir seusai melakukan transaksi dengan Austin.
Tanpa
ragu-ragu, aku mejewer daun telinga Austin. Membuatnya batal mengambil tas
plastik berisikan novel yang baru dibelinya. “Hey! teganya lo ninggalin gue
ngomong sendiri untuk ke dua kalinya! Dasar raja tega!”
“Awww...
stop,jen! lepasin... sakit,jen. gue malu diliatin orang-orang. Awww..” Austin
mengerang kesakitan.
“Minta
maaf dulu sama gue, baru gue lepasin! Lagian lebih malu mana sama gue?” aku
menjewer daun telinga Austin lebih keras.
“Ya
ya ya.. maafin aku Jennifer sayang....”
“Aduh
mba,ngga kasihan apa? pacarnya kesakitan gitu” petugas kasir ikut-ikutan.
Akhirnya,
aku berhenti menjewer telinga Austin. Lama-lama kasihan juga melihat dia
kesakitan seperti itu. Kulihat warna telinga kirinya berubah menjadi merah.
Hahahaha... rasain kamu Austin! Siapa suruh bikin aku sebal?
Austin
masih sibuk mengelus-elus telinga yang baru saja aku jewer sampai berwarna
merah. Hingga tidak menyadari jika kami masih berada di depan meja kasir.
“Pacarnya
galak banget,mas. serem,ihhh.” Petugas kasir ikut-ikutan lagi.
“Apa
lo? Dia bukan pacar gue.” aku menggebrak meja kasir serta memelototi petugas
kasir itu.
“Emang
gini mba kalau pacar saya lagi marah. nyeremin tapi saya sayang mba. Maafin
pacar saya ya mba” Austin membelai rambutku sebentar lalu mengambil tas plastik
yang tadi tidak jadi diambilnya. “Jangan malu-maluin,sayang! terkadang kita
perlu jaim.”
“APA???!!!”
teriakku sembari memandangi mata Austin dari samping.
Petugas
kasir itu hanya tersenyum geli melihat kami berdua – yang dianggapnya sebagai sepasang kekasih – WHAT???!!!!!!!
NO!!!!
Austin
menggandeng tanganku, membawaku keluar dari toko buku yang menyebalkan itu.
“Lepasin!
Emangnya gue buta apa? pakek digandeng-gandeng segala,” aku menarik paksa
pergelangan tanganku dari gengaman tangan Austin.
Kali
ini Austin hanya mendesah.
Kini
kami berdua telah berada di parkiran. Dan aku akan segera melupakan tempat ini,
tempat dimana aku telah dipermalukan. Bye maksimal! Sekarang kembali ke Austin,
aku pasrah kemana dia akan membawaku pergi yang penting tidak macem-macem.
TBC
skarang tentang austine mahone yaa hhe backpacker hostel at paskal pasirkaliki no.25-27 Paskal Hyper Square blok D2 (No Telp : 087722677187)A and zapple repair ..dont forget ^_^ go visit web for servis http://bandung.zapplerepair.com and visit web for hostel http://zbackpacker.com low price now
BalasHapus